Adsense Link 728 X 15;

Kali ini, Beras Merah Jatah Tikus

Posted by selaluadadisiniuntukmu Rabu, 25 Januari 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300
Kali ini, Beras Merah Jatah Tikus

Petang, Minggu (22/1), ketika Ibrahim Ishak, lelaki 45 tahun, melesat dengan sepeda motor bebeknya menuju ke pasar kecamatan, di tengah jalan ia disapa lelaki sekampungnya, “Ho neumeujak (mau ke mana)?”

Dan Ibrahim, seraya mengendorkan sedikit pedal gas sepeda motornya, menjawab, “Lon keuneuk jak bloe breueh mirah saboh bungkoh (mau membeli sebungkus beras merah).”

Sebutan atau istilah ‘bungkus’ pada beras agak janggal. Biasanya kalau satuan berat atau volume untuk beras disebut sak, liter, kilo, atau are (liter, Aceh); tapi ini kenapa ‘bungkus’?

Dalam konteks makanan yang berasa dari beras, sebutan ‘bungkus’ hanya cocok untuk beras yang sudah ditanak. Misalnya, “Mau beli sebungkus nasi.” Lagi-lagi, kenapa beras merah yang mau dibeli Ibrahim disatuankan dalam ‘bungkus’?

Yang lebih mengherankan ketika Ibrahim tiba di pasar dan hendak membeli beras merahnya itu; bukan di kedai sembako, tapi justru di toko penjual pupuk, perkakas, dan obat-obatan pertanian.

“Halo, Toke, saya mau beli sebungkus beras merah,” ujar Ibrahim pada penjual seraya menyerahkan selembar uang lima ribuan.

Rupanya yang dimaksud beras merah adalah beras merah yang sudah dicampur zat racun dan diolah sedemikian rupa hingga dijual dalam kemasan bungkusan yang diberi merek segala, yang fungsinya adalah sebagai racun tikus.

Alamak oi, awalnya kita mengira apa. Soalnya beras merah adalah sejenis beras yang sangat populer di tengah masyarakat karena amat berkualitas untuk dikonsumsi lantaran kandungan lemak, karbohidrat, dan zat-zat penting lainnya yang melebihi beras biasa.

“Dalam dua pekan ini banyak beras merah laku di kedai saya,” kata Muhammad Raban, pemilik toko pertanian di pasar Kecamatan Padang Tiji, Pidie pada Harian Aceh, Senin (23/1).

Rupanya tak lain, tanaman padi milik masyarakat petani setempat sedang dilanda serangan hama tikus. Antisipasi batang padi dari geratan hama tikus yang mampu dilakukan parapetani saat ini hanyalah dengan beras merah.

Sebungkus beras merah biasanya dicampur dengan sedikit dedak padi dan lalu dibagi-bagi hingga 30 jumputan dan ditaruh di lintasan-lintasan tertentu di atas pematang, yaitu di tempat-tempat yang diperkirakan sering dilewati tikus. Itu biasanya dilakukan pada sore hari. Dan keesokan paginya biasanya tikus-tikus sudah bergeletakan mati di sana-sini.

Tapi, menurut keterangan Ibrahim, pembasmian seperti itu hanya efektif dalam dua tiga hari. Setelah itu tikus-tikus yang masih hidup tak mau memakan beras merah itu lagi.

“Ujung-ujungnya tikus-tikus itu tetap mengincar batang padi,” tambah Ibrahim.

Samsul Bahri, 37 tahun, seorang petani lain yang ikut dijumpai Harian Aceh pada hari yang sama mengaku, saat ini masyarakat petani yang menanam padi di 600-an hektare areal persawahan Kemukiman Peudaya, yang meliputi Gampong Meunasah Buloh, Tuha, Tunong, Bunie Reulieng, Cut, Sukon, dan Gampong Perlak, Kecamatan Padang Tiji, Pidie sedang resah karena tanaman padi mereka yang rata-rata baru berumur dua pekan digasak hama tikus.

“Saya pikir, dalam hal ini, Dinas Pertanian dan Peternakan Pemerintah Kabupaten Pidie sudah harus turun tangan. Hama tikus yang menyerang padi di areal persawahan Kemukiman Peudaya, Padang Tiji sudah pada tingkat mengkhawatirkan masyarakat petani di sini,” pungkas petani warga Gampong Bunie Reulieng itu.?musmarwan abdullah

Follow Twitter
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar