Adsense Link 728 X 15;

Xenia, Afriyani, dan Narkoba

Posted by selaluadadisiniuntukmu Rabu, 25 Januari 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300
Xenia, Afriyani, dan Narkoba

Usai mengonsumsi shabu-shabu Minggu dini hari, siangnya sopir mobil Daihatsu Xenia menabrak sekelompok pejalan kaki di trotoar. Sembilan orang meninggal dan empat terluka.

Oleh Makmur Dimila

Afriyani Susanti yang berkaos biru tepekur sendirian di sel karantina nomor 22 di Blok B Rumah Tahanan Narkoba Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (24/1).

olah tkp

Polisi melakukan olah TKP kecelakaan Xenia maut di Tugu Tani Jakarta Pusat, Selasa (24/1).(Foto VIVAnews | Fernando Randy)

Eko Priliawito dan Desy Afrianti pada Vivanews, Rabu (25/1), melaporkan, seorang sumber mereka mengungkapkan, pengendara Xenia maut itu tak terlihat menangis. Ia hanya tampak banyak-banyak mengaji dalam bui.

Perempuan 29 tahun itu tiba-tiba menjadi seorang pembunuh yang membetot perhatian publik. Daihatsu Xenia yang dikendarainya menabrak belasan pejalan kaki, hingga menewaskan sembilan orang dan melukai empat lainnya.

Malapetaka itu terjadi di Jalan MI Ridwan Rais, Tugu Tani, Jakarta Pusat, hari Minggu, 22 Januari 2012. Kasus ini menambah deret panjang korban tewas di jalan raya.

Mereka menyebut, data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menunjukkan, sepanjang 2011 terjadi 7.778 kasus kecelakaan lalu lintas di wilayah DKI Jakarta. Tak kurang, 9.731 orang jadi korban, termasuk 997 di antaranya meninggal dunia.

Dari hasil penyidikan itu sebut mereka, polisi akan menjerat Afriyani dengan pasal berlapis. Di aantara lain dinyatakan melanggar Undang-undang Lalu Lintas pasal 283 soal mengemudikan kendaraan bermotor secara tak wajar, pasal 287 ayat (5) tentang pelanggaran aturan batas kecepatan tertinggi atau terendah dalam berkendara, dan pasal 310 ayat (1) sampai (4) tentang mengakibatkan kecelakaan yang melukai dan menewaskan korban.

Belum habis, dia juga diancam Pasal 112 jo 123 sub 127 UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika. Toh begitu, Afriyani hanya diancam hukuman maksimal enam tahun penjara dan denda Rp12 juta.

Keduanya juga menulis, tiga rekan Afriyaniâ€"masing-masing berinisial DNM, ART, dan ADPâ€"pada Selasa (24/1), juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus narkoba dan ikut ditahan. Berdasarkan tes urin, keempat penumpang mobil Daihatsu Xenia B 2479 XI itu dinyatakan positif menggunakan ekstasi yang mereka beli di Diskotek Stadium.

Kepolisian memastikan penyidikan akan terus dikembangkan ke kasus narkoba. Kapolri Jenderal Timur Pradopo di Istana Negara mengatakan, “Sudah dilakukan penyidikan oleh Polda Metro Jaya, tentunya bukan hanya kecelakaan tapi juga termasuk hasil yang mengarah kepada pemakaian obat terlarang.”

Untuk semakin memastikan penyebab kecelakaan maut itu, Polda Metro Jaya telah menurunkan tim analisis dari unit Pusat Laboratorium Forensik untuk melakukan identifikasi lanjutan di lokasi kecelakaan, bersama pihak Daihatsu, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pekerjaan Umum.

Selain untuk mengurai malapetaka itu, mereka mengecek keterangan Afriyani yang berkali-kali berdalih kalau rem mobilnya blong sehingga dia hilang kendali.

Eko Priliawito dan Desy Afrianti juga menulis, ada empat faktor utama yang menjadi fokus penelitian: pengemudi, kondisi kendaraan, lingkungan atau cuaca, dan infrastruktur jalan.

Setelah meneliti lokasi, tim mekanik Daihatsu memastikan kalau mobil buatan tahun 2005 itu tidak punya masalah apapun pada komponennya, termasuk remnya–meski mobil tak dilengkapi fitur pengereman ABS (antilock break system).

Tim mekanik Daihatsu menyimpulkan, sebelum kecelakaan, Xenia tipe 1.3Xi (versi standar) ini masih layak dikendarai dan selalu diservis berkala.

“Minyak rem masih terisi penuh, tidak ditemukan kebocoran di bagian minyak rem. Meski bagian gardan bergeser, tapi komponen dan pipa sasisnya masih dalam konsisi utuh,” kata Head Domestic Marketing Divison Astra Daihatsu Motor (ADM), Rio Sanggau. “Kami cek kartu servisnya, mobil ini selalu rutin diperiksa di bengkel ADM.”

Yang jadi penyebab, tim analisis menyimpulkan, ketika itu Afriyani memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, di atas 80 km per jam. Hilang kendali, ban mobil menabrak trotoar, terguling, dan tanpa ampun menghantam sejumlah pejalan kaki.

Kecelakaan maut

Tragedi berdarah itu terjadi di Jalan MI Ridwan Rais, Tugu Tani, Jakarta Pusat. Menewaskan sembilan orang, Afriyani bersama tiga penumpang–satu perempuan dan dua laki-laki–selamat. Afriyani bahkan sempat marah-marah kepada seorang pejalan kaki yang juga nyaris ditabraknya.

Xenia Maut

Petugas kepolisian memeriksa Mobil Daihatsu Xenia B 2479 XI di Ditlantas Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (23/1).(Foto VIVAnews | Muhamad Solihin)

Seorang saksi mata yang selamat menuturkan Xenia Afriyani melaju sangat kencang. “Mobil itu bukan ngebut lagi, tapi sangat kencang dan sempat oleng, zig-zag,” kata Suwarto, 54, seorang saksi mata, pada Vivanews.

Eko Priliawito dan Desy Afrianti mengutip kisah Suwarto. Mobil datang dari arah Gambir. Ketika mendekati Tugu Tani, Xenia itu hilang kendali dan mulai menabrak para pejalan kaki di trotoar.

Sebelumnya, mobil menabrak halte dan merangsek masuk ke halaman Kementerian Perdagangan. Di halaman kantor itu, Xenia menyeruduk dua orang lagi sampai terpental, sebelum berhenti.

“Ada seorang anak kecil yang terseret di bawah badan mobil. Setelah kejadian, saya gemetar. Ini semua pertolongan Yang Maha Kuasa, saya berhasil menghindar. Ini kejadian paling mengerikan,” kata Suwarto pada Vivanews.

Sembari merinding, dia mengisahkan, usai kecelakaan sebagian besar korban tak lagi bergerakâ€"termasuk eorang bocah berusia 2,5 tahun dan bayi tiga bulan di kandungan Nanik Riyanti (25).

Vivanews merilis, berikut adalah korban meninggal dalam kecelakaan maut itu: Moch Hudzaifal alias Ujay, 16, Firmansyah, 21, Suyatmi, 51, Yusuf Sigit, 16, Ari, 2,5, Nanik Riyanti, 25 (hamil 3 bulan), Fifit Alfia Fitriasih, 18, Wawan Hermawan, 24, dan Mochamad Akbar, 23. Sedangkan korban luka: Siti Mukaromah, 30, Keny, 8, Indra, 11, dan Teguh Hadi Purnomo, 30.

Kepada polisi, Afriyani mengaku bahwa malam sebelum petaka itu, dia bersama ketiga temannya tak tidur setelah semalaman mengikuti pesta perpisahan kawannya yang hendak berangkat ke Australia.

“Pada pukul 20.00-22.00 WIB, mereka ada di Hotel Borobudur, ada pesta,” kata Kepala Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol. Nugroho Aji, pada media online nasional itu.

Setelah itu, mereka pindah dugem ke sebuah kafe di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, hingga pukul 02.00 WIB. Di sana mereka minum whisky dan bir.

Belum puas, mereka lalu beranjak ke Diskotek Stadium di Jalan Hayam Wuruk. Di situ, mereka urunan membeli dua pil ekstasi dan baru keluar hari Minggu sekitar pukul 10.00 WIB. “Mereka berniat kembali ke Kemang, tapi keburu terjadi kecelakaan,” kata Nugroho.

Kini juga terungkap, Afriyani ternyata berkendara tanpa memiliki SIM dan membawa STNK.

Eko Priliawito dan Desy Afrianti juga melaporkan, keluarga Afriyani pasrah mengakui kesalahan anak mereka. Hj. Yurnely (51), ibunda Afriyani, bahkan berniat menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban secara terbuka melalui media massa, Rabu.

Mewakili keluarga, Bawuk, Ketua RT 011/07 Sungai Bambu, Tanjung Priok, mengatakan keluarga Afriyani juga akan memberikan dana santunan bagi keluarga korban.

Lima Kejanggalan

Indra Subagja, pada detikNews, Senin, melaporkan, polisi menggelar jumpa pers untuk menjelaskan kasus ini di Mapolda Metro Jaya. Pihak Hotel Borobudur pun sudah memberikan pernyataan resmi karena beredar foto Apriani dan kawan-kawannya yang diduga sedang berpesta narkoba.

Masih ada kejanggalan-kejanggalan dari keterangan yang diberikan polisi maupun Hotel Borobudur terkait kejadian ini. Berikut hal-hal yang mengganjal itu:

Sesaat setelah kejadian Afriyani tidak terlihat syok atau terkejut. Dia terlihat ‘dingin’ memainkan telepon genggamnya seperti hendak berkomunikasi atau mengirim pesan pada orang lain.

Awal jumpa pers polisi menyebutkan Hotel Borobudur. Namun usai jumpa pers, polisi mengatakan tempat terakhir yang dikunjungi Afriyani cs adalah sebuah hotel di kawasan senayan.

Hotel Borobudur menyangkal ‘pesta narkoba’ di tempatnya. Afriyani hanya menghadiri pesta pernikahan kawannya pukul 10.00 WIB sebelum akhirnya tragedi itu terjadi. Tapi baju yang dikenakan Afriyani saat pesta sama dengan saat kecelakaan terjadi, atasan putih dan bawahan bercorak biru.

Resepsi pernikahan di Hotel Borobudur mulai pukul 10.00 WIB. Padahal konon umumnya resepsi pernikahan di hotel-hotel dimulai pukul 11.00 WIB atau malam hari.

Saat kecelakaan terjadi, Afriyani tidak membawa SIM dan STNK mobil Xenia. Polisi juga tidak memberikan keterangan dengan jelas siapa pemilik kendaraan dengan nomor polisi B 2479 XI.

“Afriyani memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, di atas 80 km per jam. Hilang kendali, ban mobil menabrak trotoar, terguling, dan tanpa ampun menghantam sejumlah pejalan kaki.”

Mekanik: Xenia itu Layak Jalan

Sementara itu, Luqman Rimadi dan Eko Priliawito pada Selasa menurunkan laporan pada Vivanews, tim mekanik Daihatsu yakin, Xenia B 2479 XI yang dikendarai Afriyani Susanti dalam kondisi cukup baik sebelum terjadi kecelakaan. Mobil layak jalan.

“Mobil keluaran tahun 2005 (sebelumnya disebut keluaran 2010), sepertinya tidak ada kendala pada kendaraan, mobil juga masih dalam kondisi bagus. Tapi tunggu hasil identifikasinya seperti apa,” ujar salah satu Tim Daihatsu, Anjar Rosjadi, di kantor Unit Kecelakaan Ditlantas Polda Metro Jaya, Selasa.

Anjar menjelaskan, Daihatsu mendapat undangan dari Polda Metro Jaya untuk melakukan identifikasi mobil menabrak pejalan kaki dan menewaskan sembilan orang, dan melukai tiga pejalan kaki itu.

“Pada prinsipnya kami diminta polisi untuk koordinasi terkait musibah kecelakaan ini,” ucap Anjar.

Sementara itu, rekan Anjar lainnya mengatakan, jika dilihat dari kerusakan yang dialami Xenia ini, kecepatan mobil saat melaju sampai berhenti di atas 80 km per jam.

Kepala Subdit Penegakkan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Sudarmanto mengatakan, pihaknya tengah menghimpun semua keterangan termasuk penyelidikan petugas Puslabfor dan ahli dari Daihatsu atas musibah kecelakaan tersebut.

“Saya belum bisa menjelaskan hasil penyelidikan labfor seperti apa. Lebih baik tunggu saja, biar petugas labfor menyelesaikan dulu pekerjaannya, supaya nggak simpang siur,” ujar Sudarmanto.

5.518 Orang Tuntut Mati Afriyani

Luqman Rimadi dan Eko Priliawito hari itu juga melaporkan, orang tak habis-habisnya dan bosan menghujat Afriyani Susanti, sopir Xenia maut yang menabrak pejalan kaki dan menyebabkan sembilan orang meninggal dunia.

Sebuah kelompok bernama “Gerakan Menuntut ‘Afriyani Susanti’ Dihukum Mati” di Facebook dalam tempo singkat meraup banyak pendukung. Bahkan sudah mampu merekrut 5.518 orang.

Biografi dalam akun Facebook itu menyebutkan, Apriyanti Susanti adalah tersangka yang menyebabkan tewasnya sembilan pejalan kaki di Tugu Tani Jakarta pada Minggu 22 Januari 2012.

Tersangka, begitu catatan pembuat akun itu, mengaku rem mobil yang dikendarainya blong, sehingga dia tidak bisa mengendalikan laju mobilnya. Padahal diketahui sebelum terjadinya kecelakaan nahas itu, tersangka melakukan pesta shabu-shabu.

Dalam pernyataannya di kantor polisi, lanjut akun itu, tersangka sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan tersangka menyalahkan rem mobil yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Tersangka juga tidak menyesal walaupun kelalaiannya telah menyebabkan hilangnya sembilan nyawa tak berdosa.

Pernyataan tersangka yang arogan tersebut, menggerakkan admin untuk membuat halaman ini, dengan tujuan utama untuk menuntut keadilan terhadap pelaku genosida atau kejahatan yang memusnahkan banyak korban.

Keduanya melaporkan, selain menghujat dengan beragam kata makian, gerakan itu juga menuliskan bahwa sebagai manusia normal memang sulit untuk menerima sebuah kejadian tragis apalagi dengan pelaku yang arogan.

Namun tidak ada salahnya jika sejenak kita melepaskan semua amarah membersihkan hati untuk mendoakan ketenangan bagi para korban yang meninggal, mendoakan kesembuhan bagi korban yangg terluka, dan mendoakan kesabaran dan ketabahan bagi keluarga korban.

Keluarga Minta Maaf

Keluarga Afriyani mengakui kesalahan anaknya. Hj Yurnely, 51, ibunda Afriyani bahkan berniat meminta maaf kepada keluarga korban secara terbuka lewat media massa di kediamannya, Rabu 25 Januari 2012.

Mereka menyebutkan, Bawuk, Ketua RT 011/07, Sungai Bambu, Tanjung Priok, yang mewakili keluarga Afriyani mengatakan, keluarga juga akan memberikan santunan kepada keluarga korban.

Menanggapi beredarnya akun di jejaring sosial ataupun di Blacberry Messenger (BBM) yang mengatasnamakan Afriyani dan akun gerakan Facebook yang menuntut hukuman mati kepada Afriyani, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto meminta kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi.

“Adanya foto di BBM yang bilang Ia ‘ngefelay’, ataupun pesan di Twitter, dimohon masyarakat jangan gampang percaya terhadap informasi itu, yang bersangkutan telah ditahan,” ujar Rikwanto kepada VIVAnews.

Namun, ketiksa ditanya apakah akun Twitter @SiNengApril yang menceritakan kronologis kejadian xenia maut tersebut asli milik Afriyani, Rikwanto tidak bisa memastikan.

“Kalau asli atau tidak saya tidak bisa pastikan, karena harus melalui penyelidikan lebih lanjut,” ujar Rikwanto.

“..tersangka menyalahkan rem mobil yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Tersangka juga tidak menyesal walaupun kelalaiannya telah menyebabkan hilangnya sembilan nyawa tak berdosa.”

Tes Urine Acak Bagi Pengemudi

Badan Narkotika Nasional (BNN) mengusulkan polisi untuk melakukan tes urine secara acak bagi pengemudi kendaraan bermotor. Cara bisa saja melalui tes kesehatan ketika mengajukan surat izin mengemudi (SIM) atau saat razia kendaraan.

Masih menurut laporan Luqman Rimadi dan Eko Priliawito pada Vivanews, Kepala bidang Humas BNN Sumirat Dwiyanto menyatakan, perlu dilakukan lagi pemeriksaa secara acak (spot test) terutama kepada pengemudi kendaraan di jalan untuk mengantisipasi jatuhnya korban seperti dalam insiden Tugu Tani.

“Mungkin yang diperlukan adalah pemeriksaan spot test bagi pengendara melalui pemeriksaan urine maupun air liur untuk melihat apakah ada indikasi pemakaian alkohol atau narkoba,” ujar Sumirat, Selasa.

Menurut dia, razia akhirnya tidak hanya sekedar memeriksa kelengkapan administrasi seperti SIM, dan STNK saja. Memang akan banyak hambatan untuk melakukan tes urine saat dilakukan razia, tapi bisa dilakukan dengan tes urine secara acak.

“Perlu juga dilakukan tes urine, rambut, atau nafas melalui breath test. Karena itu perlu dilakukan secara acak, dan ini dilakukan agar masyarakat tidak menggunakan narkoba. Ini salah satu upaya pencegahan,” kata Sumirat.

Dengan adanya pemeriksaan secara acak itu, diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan yang disebabkan pengemudi menggunakan narkoba. “Pengguna narkoba akan berpikir bila berada di jalan. Dapat memberikan efek jera bagi mereka,” ujarnya.

Karena itu, BNN akan mengajukan perjanjian kepada polisi untuk mengefektifkan spot test, yang selama ini hanya dilakukan kepada pengemudi angkutan umum saat musim mudik lebaran.

“Kami akan coba lakukan kerjasama, yang hanya dilakukan menjelang Lebaran bisa kita lakukan secara rutin,” kata Sumirat.

Sebelumnya menurut Sumirat, BNN dan polisi telah secara rutin melakukan razia di tempat hiburan malam. “Kita sering melakukan razia-razia di tempat hiburan berkerjasama dengan Kepolisian. Tapi muncul kritik karena dianggap melanggar HAM,” katanya.[dari berbagai sumber]

Follow Twitter
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar